Belajar Yes, Main Yes. Berawal dari pertanyaan pemantik tentang jenis permainan tradisional, Sunda manda. Saya menanyakan pendapat pada peserta didik dalam Bahasa Inggris, “ What do you think about traditional game, Sunda manda?.” “Do you agree to play it?”
Kebanyakan dari mereka tidak mengetahui jenis permainan itu. Muncullah ide untuk mengolaborasikan permainan Sunda manda dengan pelajaran hari ini.
Bermodalkan pecahan sebagai gacuk, kartu soal materi expressing agreement and disagreement dan tempat permainan berpetak Sunda manda, mulailah pembelajaran expressing agreement and disagreement dengan pendekatan MIKIR di kelas 9A MTs Negeri 2 Kendal
Saya membagi kelas menjadi enam kelompok, dengan memilih leader dari anak-anak yang dianggap bisa berperan sebagai tutor, dan beranggotakan 4-5 anak tiap kelompoknya.
Kegiatan Pembelajaran MIKIR
Saya mengulang melontarkan pertanyaan pemantik, “Do you agree to play Sunda manda?”
“I agree it, because I want to know how to play it”, jawab Inda.
“Sounds great, I like to play it”, respons Naela.
“ Of course not, I can’t play it.”, kilah Fairuz.
Setelah mendengarkan jawaban mereka, saya membimbing peserta didik menyimpulkan ungkapan yang digunakan menyatakan setuju atau tidak setuju.
Alhamdulillah setelah mampu mengidentifikasi jenis-jenis ungkapan, peserta didik siap bermain Sunda manda dengan kartu soal expressing agreement and disagreement sebagai password mengawali permainan.
Saya menjelaskan aturan main permainan kolaborasi Sunda manda dan belajar MIKIR. Pertama, saya membagikan kartu soal yang berisi expressing agreement and disagreement pada semua kelompok. Setiap kelompok mendiskusikan tiap pernyataan yang muncul di kartu soal.
Bagi yang tercepat menjawab, bisa memulai permainan dengan mempersiapkan gacuk berupa pecahan genting. Lemparkan gacuk pada petak yang telah Digambar.
Setiap pemain tidak boleh menginjak kotak yang terdapat gacuk, dengan cara melompat satu kaki ke petak berikutnya hingga petak terakhir.
Pemain yang sudah menyelesaikan satu putaran petak, berhak memiliki satu petak yang dipilihnya untuk dijadikan “sawah” miliknya. Dan petak tersebut hanya boleh diinjak dengan kedua kaki pemiliknya saja.
Pemain yang memiliki petak “sawah” paling banyak, maka ia memenangkan permainan.
Tentunya, permainan ini tidak serta merta hanya selesai dalam sekali memberikan jawaban atas pernyataan yang muncul pada kartu soal.
Kelompok pertama dengan leader Inda, mendiskusikan jawabannya dan bersemangat memberikan tanggapan pada pernyataan, “Your friend plays truant in learning prosess.” dan siap memulai permainan.
Inda menjawab dengan semangat, “ I disagree with him, because playing truant is disobey the school rule and we will have no advantage.”
Semua teman-temannya bertepuk tangan memberikan semangat. Inda sebagai leader berdiskusi memilih timnya untuk bermain Sunda manda. Lia mewakili kelompoknya mulai bermain, sayangnya, pada lompatan pertamanya, keseimbangannya hilang dan dia terjatuh.
Tawa riuh terpecah, terpancar kebahagiaan di wajah mereka belajar sambil bermain. Permainan terus berjalan, kelompok yang gagal, langsung mengambil kartu soal lagi.
Mereka berdiskusi menemukan jawaban yang sesuai dengan pernyataan pada kartu soal, mempresentasikan di depan teman-temannya dan bermain Sunda manda sampai menjadi pemenang permainan.
Menjelang 10 menit terakhir kelompoknya Dita berhasil memiliki 2 sawah. Peserta didik masih berantusias melanjutkan permainan untuk berlomba-lomba menjawab, bermain dan memiliki sawah terbanyak.
Saya memberi pengertian kita perlu melakukan refleksi pelajaran hari ini dan pastinya saya berjanji untuk belajar dan bermain di pertemuan yang berikutnya. Mereka pun sepakat dan menuliskan refleksi belajarnya hari ini.
Salah satu anak menuliskan,” I think, today is very fun. We learned and played together. We learned about expressing agreement and disagreement and then… we played Sundamanda. Sundamanda is a traditional game from Indonesia. Thank U Mrs. Zulfa. We are happy for today. ^^
“We are having fun today. Playing a traditional game for the lesson is a good idea! All of us are enjoy it.”, tulis Nadya Azima T.
Makna Pembelajaran
Dari pembelajaran yang saya lakukan, secara tidak langsung kita mempraktikkan merdeka belajar dengan menguatkan profil pelajar Pancasila yaitu dengan mengenalkan budaya tradisional pada peserta didik, saling bekerja sama dalam kelompok dan berani mengungkapkan ide.
Program Adiwiyata yang dicanangkan di MTs Negeri 2 Kendal pun terwujud, peserta didik bisa memanfaatkan barang-barang yang sudah tidak terpakai seperti pecahan genting dan potongan kertas sisa penjilidan.
Pembelajaran aktif dengan pendekatan MIKIR pun terpenuhi; peserta didik mempraktikkan langsung menanggapi pernyataan dengan memberi ungkapan-ungkapan agreement atau disagreement, berdiskusi, mempresentasikan hasil diskusinya dan merefleksikan pembelajaran.)*
Zulfa Alany, S.Pd. Guru MTs Negeri 2 kendal dan Fasilitator Pembelajaran Tanoto Foundation
Baca juga : website kemenag kendal
Arikel kain disini